Sabtu, 14 Januari 2012
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didalam bersosialisasi kita
mengetahui adanya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berperan
dan berkaitan. Tanpa ilmu pengetahuan yg mendukung maka tidak terlahirnya
sebuah teknologi yang dapat membantu aktifitas manusia didunia ini, demikian
pula dengan teknologi. Adanya teknologi tanpa ilmu pengetahuan maka teknologi
tersebut tidak akan mendukung aktifitas manusia.
Fungsi dari ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak hanya untuk keperluan sehari-hari seseorang tetapi dapat
berfungsi luas seperti berfungsi dalam sebuah negara atau bangsa yaitu
mengatasi sebuah masalah kemiskinan atau memperkecil volume kemiskinan suatu
negara.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan
ini untuk mengetahui sebuah cara atau solusi dalam mengaitkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan memperkecilkan volume kemiskinan dalam masyarakat ataupun sebuah
negara agar berjalan simetris atau seimbang.
1.3
Metodologi
Penulisan
ini saya buat dengan cara mendeskripsikan atau menjelaskan pokok permasalahan
penulisan ini.
BAB 2
TINJAUAN
MATERI
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Dipandang
dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi antara lain
pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi. Dan oleh Bacon & David Home,
pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut Imanuel Kant, pengehuan merupakan
persatuan antara budi dan pengalaman.
Untuk membuktikan pengetahuan itu
benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :
·
Pengetahuan
dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil
(proposisi) yang terdahulu
·
Pengetahuan
dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan
·
Pengetahuan
dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai
pengeahuan itu.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya
memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat
diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism
merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis
adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Untuk mencapai suatu pengetahuan
yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi
empat hal yaitu :
·
Objektif.
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya
dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya
·
Metodis adalah upaya-upaya
yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin
kepastian kebenaran.
·
Sistematis. Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
·
Universal. Kebenaran yang
hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat
tertentu). Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal)
yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia.
Permasalahan ilmu pengetahuan
meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri
sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.
Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat
sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan
manusia menjadi lingkup teknis. Jacques
Ellul dalam tulisannya berjudul “the
technological society” (1964)
tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak
hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan
totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi
(untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia.
Jadi, teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan
cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena teknik pada masyarakat kini,
menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
·
Rasionalistas,
artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional
·
Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
·
Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis
menjadi kegiatan teknis
·
Teknik
berkembang pada suatu kebudayaan
·
Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
·
Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan
·
otonomi
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang denan
pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan
sebagaia berikut :
·
Teknik
meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang
industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi
sentralisasi ekonomi
·
Teknik
meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen,
hukum dan militer
·
Teknik
meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan
manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada
lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Alvin Tofler (1970)
mengumpamakan teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator
(alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya.
Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan kualtiatif, maka
kiat meningkat pula proses akselerasi yagn ditimbulkan oleh mesinpengubah,
lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih
baik lagi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat
dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain
dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai
cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Gambaran
tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
Garis kemiskinan yang menentukan
batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :
·
Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
·
Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar
·
Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan
sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau
rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan
pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah
masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan
nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat
pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka
yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·
Tidak
memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan,dll.
·
Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha
·
Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
·
Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
·
Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan
(umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsur :
·
Kemiskinan
yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
·
Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam
·
Kemiskinan
buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan
manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah
kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia,
baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Selain disebabkan oleh
hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”,
memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.
Kemiskinan menjadi
suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunyai struktur dan way of life yang
telah turun temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yang membudaya) itu
disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti
transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat,
kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal dan
meluasnya.
BAB 3
PEMBAHASAN
Teknologi dan Kemiskinan sebenarnya adalah
suatu hal yang kontradiktif. Teknologi diterapkan oleh manusia demi
kesejahteraan manusia, untuk memenuhi kebutuhan manusia, artinya menciptakan
dan mencarikan kesenangan manusia, melindungi dari malapetaka kelaparan, dari
bahaya kekejaman alam dan mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Kemiskinan adalah kekurangan materi, dikaitkan
dalam arti yang lebih luas, yaitu kemiskinan materi, kemiskinan sosial dan
kemiskinan spiritual,. Untuk suatu kehidupan yang serasi, ia harus berada
dalam keseimbangan dengan ketiga dunia itu. Setiap kali perubahan teknologi
sangat cepat sedangkan manusianya sendiri tidak mampu untuk mengimbanginya,
sehingga terganggunya keseimbangan materi, sosial dan spritual yang menjadi
sebab utama timbulnya kemiskinan dalam arti yang luas.
Kemiskinan dipelajari oleh banyak
ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
·
Dalam ekonomi, dua jenis
kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan
absolut dan relatif.
·
Dalam politik, perlawanan
terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak
pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan
yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan
pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap
miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan
kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa
para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori
lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal
dan salah satu penyebab utama kejahatan.
·
Dalam hukum, telah ada gerakan
yang mencari pendirian "hak manusia"
universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
·
Dalam pendidikan, kemiskinan
memengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah
lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga
miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki
kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang
stabil, pakaian, dan kurangnya kandungan gizi makan mereka membayangi kemampuan
murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada
istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang
miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi
beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam
keadaan capital
manusia dan capital
individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital
instructional dan capital
social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem
formal.
Kemiskinan dunia
Deklarasi Copenhagen menjelaskan
kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan
kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman,
fasilitas sanitasi,
kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan
"sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang
dari AS$1 per hari, dan
"miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 per hari. Berdasarkan
standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat
miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut
"miskin", pada 2001.
Proyek Borgen menunjuk pemimpin
Amerika memberikan AS$230 milyar per tahun kepada kontraktor militer, dan hanya
AS$19 milyar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Perkembangan Milenium PBB
untuk mengakhiri kemiskinan parah sebelum 2025.
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan
dengan:
·
penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
·
penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·
penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·
penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi;
·
penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa
kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara
terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja
miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana
bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan
adalah:
·
Bantuan
kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
·
Bantuan
terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman,
pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
·
Persiapan
bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara
sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai
orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
STUDI KASUS :
Bakosurtanal: Indonesia Punya Teknologi Geospasial Canggih Metrotvnews.com, Jakarta: Kepala Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Asep Karsidi menyatakan
warga dan pemerintah Indonesia jangan sekedar menjadi pasar bagi teknologi
Geospasial dari luar negeri. Menurutnya, Indonesia juga memiliki teknologi
geospasial yang tak kalah canggih dari negara-negara maju. Hal ini
dikatakannya saat membuka acara Konferensi Asia Geospatial Forum (AGF) tahunan
ke-10, di Jakarta, Senin (17/10). Konferensi tersebut merupakan pameran
teknologi dan aplikasi geospasial negara-negara Asia. "Forum ini
merupakan wahana bagi masyarakat geoinformatika global untuk saling mengenal dan
memperlihatkan perkembangan teknologi geospasial," kata Asep saat membuka
acara tersebut. Oleh karena itu, Asep mengharapkan dengan adanya acara ini
bangsa Indonesia sadar dan terus mengembangkan teknologi geospasial buatan
dalam negeri. Indonesia juga diharapkan untuk tidak malu untuk unjuk gigi di
hadapan para peserta dari luar negeri. Terlebih, para peserta pameran
merupakan pengembang solusi geospasial dari berbagai negara seperti AS, Eropa,
India, Jepang, China dan lain-lain yang tergabung dalam Geospatial Media and
Communications. Menurut Asep teknologi geospasial dalam negeri pun terus
dikembangkan . Misalnya, untuk saat ini, Bakosurtanal sudah meluncurkan
"Geospasial untuk Negeri" yang ditandai dengan dirilisnya Geoportal
Nasional yang diberi nama Ina-Geoportal. Teknologi ini memuat informasi
geospasial standar yang ditampilkan ke dalam suatu aplikasi berbasis web.Selain
itu, Bakosurtanal juga meluncurkan Atlas Nasional Indonesia volume III untuk
melengkapi atlas nasional volume I dan II. Pasalnya, teknologi Atlas
Nasional Indonesia volume I mampu menyajikan informasi terkait karakter fisik
dan kondisi alam wilayah Indonesia seperti iklim, geologi, geomorfologi,
penutupan lahan, pegunungan, rawan bencana hingga kawasan konservasi. Sedangkan
Atlat Nasional Indonesia volume II menyajikan potensi sumber daya alam seperti
sumberdaya mineral, air, flora fauna, sebaran ikan, transportasi dan
pariwisata. Sementara Atlas Nasional Indonesia volume III menyajikan
informasi dengan aspek waktu terkait wilayah, penduduk, sejarah dan budaya yang
disusun sistematis menurut periode. Selain pameran teknologi, AGF juga diikuti
para ahli di bidang perkotaan, bencana, lahan, pemerintahan, utilitas,
infrastruktur dan lainnya yang ingin mencari solusi geospasial dalam pengambilan
keputusan. "Informasi geospasial merupakan terobosan ke depan dalam
revolusi informasi, dan sedang berkembang dengan kecepatan yang mencengangkan
yang disebabkan sifat spasial dan kegunaan visualnya yang luar biasa,"
kata CEO Geospatial Media, Sanjay Kumar.
PENUTUP
Kesimpulan :
Pada penulisan ini dapat kita
simpulkan dari inti pokok permasalahan diatas bahwa Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan sebenarnya adalah
suatu hal yang kontradiktif. Tiga hal tersebut faktor tersebut tidak bisa
selalu berjalan simetris kalaupun berjalan simetris mungkin hanya ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, sedangkan kemiskinan biasanya lebih memikirkan
beberapa faktor seperti pemerintah memberikan fasilitas rumah susun bagi warga
yang kurang mampu atau ekonomi kebawah dengan jauh dari pusat ibukota tetapi
mereka lebih memilih untuk stay atau bertahan ditempat asal mereka walaupun
tempat mereka tidak higienis tapi strategis dengan tempat dimana mereka bekerja
dan berada dipusat ibukota.
Saran:
Saran
untuk mengatasi dan mengaitkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan:
·
Memperkenalkan ilmu pengetahuan yg cukup dulu kepada masyarakat setempat
termasuk kegunaan dan manfaat ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
·
Perlahan perkenalkan manfaat sekaligus kegunaan ilmu pengetahuan yang
dapat menciptakan sebuah teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan kita
sehari-hari termasuk dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
isramrasal.wordpress.com/2009/12/26/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_komputer
adityajanata.blogspot.com/2011/11/softskill-ilmu-pengetahuan-teknologi.html
http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/18/68496/Bakosurtanal-Indonesia-Punya-Teknologi-Geospasial-Canggih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar